Jumat, 10 Oktober 2008

TEA WALK

Malam itu kira-kira jam 8, dua hari menjelang Lebaran, anakku merengek minta dibelikan permen. Sudah beberapa hari itu selalu setiap malam merengek minta dibelikan entah itu susu cair kemasan, permen atau snack bahkan pernah disuatu malam hampir jam 10 malam dia menangis dengan sedikit memaksa minta dibelikan kembang api karena saat itu sedang bulan ramadhan dan banyak orang jualan aneka kembang api. Dengan bergegas aku nyalakan sepeda motor disertai anakku dalam boncengan mencari warung tempat jual permen.

“Wah, pada ngumpul nih,” sapaku kepada 2 orang penghuni dan seorang satpam depan pos satpam komplek rumah tempatku tinggal beberapa bulan ini

“Iya, biasa habis shalat tarawih lagi pengin ngobrol,” ujar salah satu bapak penghuni kompleks blok A. “Mau kemana malam-malam gini, “sambung bapak itu yang oleh warga diberikan amanah menjadi ketua forum warga kompleks.

“Biasa pak, anak rewel minta dibelikan permen,” jawab aku sejenak sambil menenangkan anakku yang terus merengek minta beli permen. “Mari, saya tinggal sebentar buat cari permen,”kataku mohon pamit untuk meneruskan mencari permen di warung depan jalan raya tak jauh dari kompleks rumah.

Segera aku mendapati sebuah warung kelontong yang menjual kembang gula keinginan anakku, setelah mengambil beberapa permen, aku bayar dan secepatnya pulang ke rumah karena udara mulai dingin menyergap kami berdua.

Saat melewati depan pos satpam kompleks masih terlihat beberapa orang penghuni sedang asyik ngobrol disertai kepulan asap rokok salah seorang penghuni yang memang punya hobi mendaki gunung. Klop-lah pendaki gunung dan rokok laksana toples ketemu sama tutupnya.

Tak berapa lama setelah pulang mencari permen, secepatnya aku langkahkan kakiku untuk bergabung ngobrol dengan bapak-bapak penghuni kompleks itu. ”Ah, biasanya banyak yang diobrolkan nih,”ujarku dalam hati. Seperti masalah pembangunan kompleks rumah yang tidak kunjung selesai terutama fasilitas umum dan fasilitas sosial dan paling krusial adalah pembangunan mushola/masjid yang biasanya harus ada sebelum rumah dibangun. Apalagi kompleks rumah mempunyai nama perumahan islam. Tentu hal tersebut bisa memunculkan stigma buruk yang diarahkan ke pengembang. Timbul rasa kekecewa yang amat dalam bagi warga penghuni komplek karena banyak hal yang ditidak sesuai dengan harapan selama ini, misalnya rumah banyak yang bocor, banyak dinding rumah retak rambut, garis bangunan tidak lurus-tidak simetris, harga dan kondisi bangunan yang tidak sepadan bila dibandingkan dengan perumahan lain yang sekelas, penyelesaian infrastruktur jalan yang tidak kunjung usai dan lain sebagainya. Rasanya sungguh membosankan untuk komplain terus ke pengembang. Terbesit dalam pikiran beberapa warga untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Tapi, akan lebih elok kalau diselesaikan secara musyawarah saja.

Sebenarnya blok tempat tinggal aku agak lumayan baik kondisinya dibanding blok lain. Namun, tetap saja kalau melihat sarana dan prasarana fasos-fasum yang tersedia tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Terkesan tidak ada perencanaan dan tidak ada pengawasan dengan baik selama pembangunan rumah, asal-asalan, serampangan. ”Mungkin terlalu muluk-muluk harapan itu tapi entahlah harapan orang per orang tentu lain, sangat relatif,” pikirku. Mendadak keajaiban itu timbul, warga harus berjalan berjingkat-jingkat untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena masih banyaknya material berserakan. Seharusnya keadaan itu terbalik, selesaikan sarana dan prasarana komplek dahulu sebelum adanya aktifitas penuh warga. Toh rumah yang dikembangkan tidaklah berjumlah banyak.
”Dapat pak, permen yang dicari?,” kata bapak penghuni kompleks pengemar tanaman membuyarkan pikiran ini. ” Iya, dapat,” jawabku. Tidak lama berselang, obrolan antara 2 bapak penghuni itu dilanjutkan. Sayup-sayup aku dengar obrolan mengenai segala hal berkaitan dengan kemajuan penyelesaian dan pembangunan rumah komplek itu. ”Tepat, pikirku, selama ini obrolan antar sebagian warga tidak jauh masalah kelambanan pembangunan dengan segala tetek bengek permasalahannya, ” batinku. Kira-kira setengah jam kemudian datanglah 2 orang penghuni lainnya dari blok A dan C, lupa nomor rumahnya.

Ini kesekian kali obrolan langsung klik ke tema yang sama. Evaluasi perkembangan perumahan dan pembangunan mushola/masjid yang hanya disediakan lahan kosong. Mustinya mushola/masjid itu sudah bisa digunakan untuk shalat tarawih dan kegiatan lainnya saat ramadhan itu. Belum lama berselang saat ramadhan, warga secara sukarela dengan antusias mengadakan acara buka puasa dan shalat tarawih bersama bertempat dijalan masuk kompleks. Kompak dan erat jalinan warga dalam melaksanakan acara itu. Mungkin keadaan ini didorong oleh rasa diperlakukan tidak sebagaimana mestinya sesuai dengan janji pengembang saat rumah dipasarkan ke warga.

Tidak beberapa lama datang seorang bapak yang berperawakan agak gemuk, tinggi kira-kira 165 cm, berkulit agak gelap dan kabarnya berprofesi sebagai konsultan, entah konsultan apa. Dia langsung bergabung dan hanyut dalam obrolan yang malam itu cukup hangat dan banyak memberikan informasi bagaimana baiknya kalau mau menyelesaiakan kendala-kendala yang dihadapi warga penghuni kepada pengembang perumahan islam itu.

Jam menunjukan pukul 11 malam. Tiba-tiba semua dikagetkan dengan bunyi handphone sang bapak itu. ”Ya, tunggu sebentar, saya lekas pulang, ”sahut sang konsultan menjawab panggilan di HP itu. Tak berapa lama, bapak itu mohon diri untuk pulang.

”Oh ya, bagaimana kalau kita adakan wisata ke puncak,” kata bapak berperawakan sedang dan pengemar otak atik sepeda motor. ”Kita bisa sewa salah satu vila untuk acara itu dan menuju kesana bisa sewa bis,” sambungnya. ”Iya, tuh sekalian bersepeda ria, ”timpal yang lainnya. ”Ide yang bagus tuh, semacam Tea Walk, ajak semua keluarga, ”sahutku. ” Gimana kalau pas libur tahun baru,” kata Pak ketua forum warga. Selama ini warga kompleks cukup aktif mengadakan kegiatan dari acara arisan buat ibu-ibu sampai kerja bakti membersihkan selokan. Sebenarnya bikin acara macam Tea Walk atau Family Gathering bisa dilakukan agar kerukunan, keakraban, keguyupan warga makin bertambat erat dan tidak ada kesan sekat-sekat karena berlainan blok rumah. ”Cuma, kapan ya pelaksanaan acara itu bisa dilaksanakan,” pikirku. Ah, rasanya ide itu perlu segera disampaikan ke warga lainnya.


Taqaballahu Minna Wa Minkum..Mohon maaf lahir dan batin....


Salam,
-Delta 6-

P.S: tulisan ini buat ramein aja daripada sepi, tak ada niatan berkesan narsis.

11 komentar:

Anonim mengatakan...

wah wakil blok B ngk ada ya Pak? :)

Asmara21 mengatakan...

Bukannya sepi akibat kurang peminat nih.... tapi para peminat harus kursus dulu biar bisa posting... hahaha.... tapi kita2 kalo posting gk jauh dari ngeluuhh dan ngomel. dari pada bikin dosa mending baca tulisannya Ustadz Delta-6 saja akhhh... hihihhi

Anonim mengatakan...

bagi para pembaca mohon di tebak siapa orang-orang yang di maksud sama penulis diatas.... yang benar dapet hadiah dari pak andi azisi

Anonim mengatakan...

Asyik, dapat hadiah dari pak andi azis..btw emang bener namanya andi azis bukan andi amin (koreksi)

ketua FSW-GIK mengatakan...

ternyata delta 6 refresif neh dengan wacana-wacana yang kmaren!!saya sangat setuju...dari pada ngedumel, komplen tapi pengembang pa andi sudah tuli....
ok. kapan kita bahas sebagai progres prioritas refresing ???
wacana : tea walk, bike to montain, n nonton bareng laskar jihad dan laskar pelangi...

Anonim mengatakan...

Betul, mending kita makin eratkan tali silaturahmi antar warga saja melalui acara rekreasi keluarga dari pada menyerang pengembang dengan berbagai konotasi negatif. Hayuk, kapan kita rembugan buat realisasi acara.

Anonim mengatakan...

apalah artinya sebuah nama... andi azis atao andi amin... sama-sama... andi dan sama-sama lagi isue pembicaraan publik... gitu aja koq repot

Asmara21 mengatakan...

Selain rencana silaturahmi ke PUNCAK.. kapan neh pak Ketua kita silaturahmi ke RS Pertamina??? Nengok bujang....

Anonim mengatakan...

Ada informasi lengkap ttg kondisi si bujang ndak,pak?

ketua FSW-GIK mengatakan...

saya sangat bersedia kapan saja yang penting demi keakraban, kekompakan, warga griya insani kukusan....ok.

Asmara21 mengatakan...

1). Sabda Rasulullah saw.: Barangsiapa me- ngunjungi orang yang sakit, maka ia akan tetap di khurfah surga. Rasulullah saw. ditanya: Apakah khurfah surga itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Buah surga yang dipetik. (HR. Muslim) Dan Anda akan diampuni oleh 70.000 malaika; 2).Puasa, mengikuti jenazah, menengok orang yang sakit, dan memberi makan orang miskin. Bila semua ini terkumpul pada seorang muslim pada satu hari maka ia akan masuk surga dengan karunia Allah, sebagaimana yang terjadi pada diri Abu Bakar ra., di mana Rasulullah saw. bersabda dalam hadits yang panjang: Tidaklah hal itu semua berkumpul pada seseorang kecuali ia akan masuk surga. (HR. Muslim);
Ingin rasanya menjadi orang-orang seperti yang disabdakan Rasul SAW, tapi berhubung ada tugas saya ijin pak Ketua.. mohon disampaikan salam semoga cepat sembuh pada Mas Bujang,,, saya absen dulu