Kamis, 30 Juli 2009

Masya Allah, Apa yang Ditonton Anak-Anak Kita?

Akhir-akhir ini setiap kali membuka televisi, kita disuguhi tontonan-tontonan yang membuat hati ini kecut dan jengah. Tengoklah sebuah acara yang dipromosikan sebagai sarana curahan hati bagi orang-orang yang memiliki problem dalam rumah tangga nya. Orang-orang yang terlibat dikumpulkan dalam suatu forum dan mereka diberi kesempatan untuk berbicara atau berdebat mengenai masalah yang mereka hadapi. Biasanya perdebatan akan berakhir ricuh dan saling serang dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas didengar, bahkan tak jarang sampai terlibat perkelahian fisik seperti pemukulan, menjambak rambut sambil mengeluarkan sumpah serapah…..masya Allah. Masalah yang diperdebatkan juga bukan suatu yang bisa ditauladani. Suami nikah lagi dan punya simpanan pula, isteri berselingkuh dengan teman kantor, mertua yang mata duitan, anak yang ternyata berprofesi sebagai wanita panggilan, dan banyak lagi yang aneh-aneh.
acara yang termasuk masih gres dan banyak peminatnya bahkan anak-anak kecil yaitu memilih pasangan yang dilakukan seperti pelelangan…..ya….pelelangan manusia!! Apabila sesuai dengan selera, maka mereka bersaing untuk merebut hati sang pria agar pria tersebut memilih salah satu dari wanita yang ada untuk menjadi pasangannya. Komentar-komentar yang dikeluarkan oleh peserta terkadang jauh dari kalimat-kalimat yang santun. Begitu pula adab berpakaian dari peserta wanitanya yang menganut paham semakin terbuka semakin cantik seorang wanita dipandang.
Itulah beberapa contoh tayangan televisi yang ditonton anak-anak kita sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri, banyak anak-anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di depan televisi tanpa bimbingan orangtua. Tidak jarang bahkan orangtua malah asyik menonton tayangan-tayangan tersebut bersama anak-anaknya. Sadarkah kita bahwa adegan demi adegan di televisi itu melekat di memori anak-anak kita bagaikan pelajaran yang secara kontinyu disuguhkan oleh guru-guru di sekolah. Semua kejadian, dibawah sadar, akan diserap oleh otak anak-anak kita tanpa ada filter. Lebih parah lagi apabila tidak ada bimbingan dari orangtua untuk memilah-milah mana yang pantas dan mana yang tidak.
Memori ini yang ikut tumbuh bersama anak-anak kita hingga mereka dewasa. Coba bayangkan apa yang mungkin bisa terjadi jika nilai-nilai yang terekam di memori itu mereka terapkan dalam kehidupan mereka? Mereka mungkin beranggapan sah-sah saja memiliki selingkuhan, hidup bersama tanpa ikatan pernikahan atau kehidupan lesbian dan homoseksual adalah hal yang normal, atau lari dari rumah adalah satu-satunya solusi apabila orangtua tidak memenuhi keinginan mereka. Naudzubillahiminzalik…..
Siapa yang paling bertanggung jawab dengan keadaan ini? Orangtua, stasiun televisi, guru, pemerintah, atau masyarakat? Bukan tidak ada protes yang diajukan sehubungan dengan penayangan acara-acara tidak mendidik di televisi, tapi semuanya berlalu bagaikan angin. Semua pihak yang berwenang seolah-olah menutup mata. Ironisnya tayangan-tayangan seperti itu malah tumbuh subur tidak terkontrol.
Setelah melihat kondisi sekarang ini, rasanya kita tidak bisa berharap banyak dari pihak-pihak lain untuk ikut memikirkan dan bertanggung jawab atas nasib anak-anak kita.
Usaha yang paling ampuh untuk membentengi anak-anak kita dari pengaruh buruk tayangan televisi adalah bimbingan dan didikan kita sebagai orangtua. Sejak dini usahakanlah untuk mengatur jadwal menonton anak dan konsisten dengan peraturan yang dibuat. Jangan sampai kita melarang anak untuk menonton tetapi kita sendiri sebagai orangtua malah asyik dengan tontonan tersebut. Hal ini akan membuat anak-anak berusaha mencuri kesempatan untuk menonton karena melihat orangtuanya asyik menonton sementara mereka dilarang, maka timbul keingintahuan dalam diri mereka.
Selanjutnya, ada baiknya pihak sekolah bekerja sama dengan orangtua murid yang tergabung dalam wadah Persatuan Orangtua Murid untuk lebih serius mengangkat masalah ini untuk didiskusikan dan dipikirkan bersama bagaimana langkah-langkah yang harus diambil.
Marilah para orangtua jangan terlena dan menganggap remeh masalah ini. Kita harus bertanggungjawab terhadap masa depan anak-anak kita. Karena kalau tidak, bayangkanlah…...generasi seperti apa yang menghuni Negara ini di masa yang akan datang.
Tentunya tinggal beberapa hari lagi Ramadhan akan datang, banyak Televisi menyajikan tayangan sinetron berbau religi. tapi setelah dicermati isinya tidak beda jauh seperti Jahiliyah, tampak wanita muslim dicaci dimaki dan dianiaya... benarkah ini sinetron religi. mari jangan tidak mengambil sikap atas hal ini. tentunya kaum musliminlah yang lebih banyak dirugikan, lebih-lebih calon generasinya.
Wallahualam.

Kamis, 23 Juli 2009

KESEDERHANAAN

Yang kita butuhkan dalam hidup ini hanyalah sedikit dan selebihnya untuk pamer”, begitulah ungkapan dalam film Forrest Gump. Ungkapan ini begitu sederhana tapi begitu sarat makna. Banyak sekali orang mengejar materi, melebihi yang dia butuhkan, tanpa menyadari bahwa sebenarnya yang dia butuhkan dalam hidup ini adalah kebersahajaan dan kebahagiaan. Hidup sederhana bukan berarti hidup miskin dan serba kekurangan, apalagi hidup dalam kemelaratan dan kesengsaraan.

Sederhana adalah hidup yang tidak berlebihan, proporsional dan memiliki prioritas mana yang harus didahulukan. Prilaku boros dan melakuakan sesuatu yang tidak ada gunanya merupakan tindakan yang bertentangan dengan nurani. Setelah menyadari akan manfaat kesederhanaan di dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan bertanya tentang bagaimana hendaknya kita memupuk sifat kesederhanaan dan menjalani hidup secara sederhana??

Menjadi sederhana tidaklah mudah. Di tengah era modernisasi ini, pola hidup yang cenderung hedonis seakan sudah menjadi budaya dan seringkali manusia tergoda untuk tenggelam dalam keagungan materi. Perlu kesadaran diri dan kemauan yang kuat untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Karena hidup sederhana seringkali dipandang sebelah mata.

Setidaknya ada dua hal penting dalam mengaplikasikan sifat kesederhanaan dalam hidup :
Pertama, mengontrol hawa nafsu yang selalu berkecambuk dalam diri kita. Dalam ajaran Islam, kita selalu diingatkan agar kita mengontrol hawa nafsu untuk tidak berprilaku berlebihan dalam melakukan apapun. Ini adalah karena hawa nafsulah yang selalu menjeruskan manusia ke kancah kebinasaan, seperti yang digambarkan dalam Surah Al-Mukminun :71. Bahkan berlebihan dalam ibadah pun dilarang, karena setiap bagian kehidupan memiliki porsinya masing-masing. Rasulullah pernah melarang sahabatnya untuk berpuasa seumur hidup, atau shalat sunat sepanjang malam. Beliau berpesan bahwa keluarga kita dan tubuh kita juga memiliki hak yang harus dipenuhi. Maksudnya kalau kita berpuasa sepanjang tahun dan shalat sepanjang malam, keluarga kita akan terbengkalai dan tubuh kita akan lelah.

Kedua, membedakan keinginan dan kebutuhan hidup merupakan hal yang penting dalam proses menjalani hidup sederhana.

Kita semua sadar bahwa mencapai kemapanan materi memang sulit dan perlu. Tapi yang lebih sulit dan perlu lagi adalah mengendalikan kemapanan menjadi kesederhanaan. Karena nafsu memang tidak akan pernah berhenti menggoda manusia untuk melawan nurani.
Bagaimana dengan kita dan perencanaan peresmian musholla???

Selasa, 14 Juli 2009

Kekuatan Air Mata

Ia hadir hampir dalam setiap denyut nadi gerakan. Penampilannya sederhana. Sikapnya santun. Mudah tersenyum. Suka menyapa, perhatian, dan ringan tangan.
Saya baru mengenalnya ketika mengikuti sebuah acara seminar. Ia tampil sebagai pemateri. Air mukanya yang jernih dan tenang telah mampu menarik perhatian setiap pendengar. Untaian kata-katanya yang lembut, jelas dan tepat semakin menjadi daya tarik tersendiri bagi semua orang. Kata-katanya penuh ilmu dan hikmah. Bahkan candanya sekalipun tak kosong dari ilmu dan hikmah. Sehingga kesempatan bisa duduk dan ngobrol dengannya menjadi kesenangan tersendiri bagi saya.
Kendati demikian ia tidak pernah kehilangan kesempatan shalat berjamaah di mesjid, takbir pertama bersama imam. Walau sibuk, ia tak lupa menyempatkan diri bermesraan dengan mushâf saku yang selalu ia bawa. Ia selalu tampak kuat, bersemangat dan bisa menyelesaikan setiap pekerjaan dengan baik. Kebaikan yang ada pada dirinya mendorong saya untuk ingin lebih dekat mengenalnya. Saya ingin mengetahui apa yang menjadi rahasia kekuatan semangat, ketenangan dan kejernihan hati dan pikirannya.
Menurut salah seorang teman yang tinggal serumah dengannya, bahwa ia sering kedapatan menangis. Ya, ia sering ditemukan terisak menangis. Ketika ditanya kenapa ia menangis, ia berkata, "Saudaraku, kita hidup di dunia hanya sebentar, kematian datang kapan saja, setiap amal kita akan dihisab dan saya tidak tahu apakah kelak di akhirat saya akan tergolong menjadi ahli sorga ataukah neraka."
Suatu kali ketika shalat subuh berjamaah, saya berdiri di sampingnya. Dan saat itu imam membaca ayat, "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang. Maka dia akan berteriak, "celakalah aku". Dan dia akan masuk kedalam api yang menyala-nyala(neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira dikalangan kaumya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya." (Al-Insyiqâq: 10-15 ). Saya mendengar ia menangis sejadi-jadinya, saya seakan-akan mendengarkan air mendidih dari rongga dadanya.
Seusai shalat, saya melihat tangisan itu masih membekas di wajahnya. Hatinya begitu lembut, begitu mudah tersentuh dengan Al-Qur`ân.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh pendahulu kita, para Al-Salafus Sâlih. Menurut suatu riwayat, jika mengerjakan shalat subuh, Umar Ra. sering membaca surat Al-Kahfi, Thaha dan surat-surat lain yang sama panjangnya dengan surat itu. Pada saat itulah Umar Ra. sering menangis sehingga tangisannya terdengar ke barisan belakang. Pada suatu ketika dalam shalat subuh , Umar Ra. membaca surat Yusuf, ketika sampai pada ayat, "Sesungguhnya hanya pada Allah saya mengadukan kesusahan dan kesedihanku. " ( Yusuf : 86 )
Umar Ra. menangis terisak-isak sehingga suaranya tidak lagi terdengar ke belakang. Terkadang dalam shalat tahajudnya Umar Ra. membaca ayat-ayat Al-Qur`ân sambil menangis sehingga ia terjatuh dan sakit. Inilah perasaan takut pada Allah seorang yang apabila disebut namanya saja, akan menggetarkan dan membuat takut hati raja-raja besar.
Rasulullah Saw. bersabda, "Akar dari kebijaksanaan adalah takut kepada Allah."
Suatu hari Rasulullah Saw. melewati seorang sahabat yang sedang membaca Al-Qur`ân, ketika sahabat tadi sampai pada ayat, "Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah seperti kulit yang merah." (Ar-Rahman: 37), maka bulu pembaca tadi berdiri tegak dan dia menangis terisak-isak dan berkata, "Aduh, apakah yang akan terjadi pada diriku apabila langit terbelah pada hari kiamat? Sungguh malang nasibku." Nabi berkata padanya, "Tangisanmu membuat para malaikat ikut menangis bersamamu."Abdullah bin Rawahah salah seorang sahabat Rasulullah Saw., pada suatu hari menangis dengan sedihnya, melihat keadaan itu istrinya pun turut menangis bersamanya. Dia bertanya pada istrinya, "Kenapa engkau menangis?" istrinya menjawab, "Apa yang menyebabkan engkau menangis, itulah yang menyebabkan saya menangis." Abdullah berkata, "Ketika saya ingat bahwa saya harus menyeberangi neraka melalui shirat, saya tidak tahu apakah saya akan selamat atau tidak."
Rasulullah Saw. bersabda : "Wajah yang dibasahi air mata karena takut pada Allah walaupun sedikit akan diselamatkan dari api neraka." Beliau juga bersabda, "Jika seseorang menangis karena takut pada Allah maka dia tidak akan masuk neraka, seperti tidak mungkinnya air susu masuk kembali ke putingnya."
Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw., "Adakah diantara pengikut-pengikutmu yang akan masuk surga tanpa hisab?", "Ia" jawab Nabi. "Dia adalah orang yang banyak menangis karena menyesali dosa-dosa yang telah ia lakukan."
Dalam kesempatan lain Rasulullah Saw. bersabda, "Ada dua jenis tetesan yang sangat disukai oleh Allah, tetesan air mata karena takut pada-Nya dan tetesan darah karena perjuangan di jalan-Nya."
Sungguh masih banyak lagi riwayat yang menjelaskan penting dan bermanfaatnya menangis karena takut pada Allah Swt. sambil menyesali dosa-dosa dan mengingat kebesaran Allah. Dan kisah-kisah diatas adalah suatu teladan bagi kita. Ternyata air mata tidak selamanya menjadi simbol kelemahan, di dalamnya justru terdapat kekuatan, ada daya rubah yang luar biasa. Dengannya banyak pekerjaan besar bisa diselesaikan secara optimal. Terutama saat-saat bersama Al-Qur`ân, disaat sendiri mengingat dosa dan kesalahan.
Marilah kita melihat diri kita yang bergelimang dengan noda dan dosa, diri yang tidak pernah merasa takut dengan siksa Allah. Mata yang sangat jarang atau bahkan tidak pernah menangis karena takut pada Allah. Dan mari kita hitung, sampai detik ini, sudah berapa kali air mata kita menetes karena takut pada Allah? Karena mengingat dosa-dosa dan kesalahan kita dan karena mengingat siksa-Nya. Wallâhul musta`ân wa a`lam

Kamis, 09 Juli 2009

Tour de Bojonggede Jelita

Meneruskan informasi dari pak bayu aji, bagi warga GIK yang mempunyai hobi bersepeda ria dan berminat ikutserta.
UNDANGAN TOUR DE BOJONGGEDE JELITA

Tujuan: membangun jejaring dan komunikasi para bikers dikawasan bojonggede dan sekitarnya serta dalam rangka merayakan Ultah Bobico (tentunya berolahraga juga)

Pelaksanaan: 2 Agustus 2009

Trek/route : Kawasan Bojonggede dan sekitarnya melalui lintasan crosscountry (60 % off road dan 40 % on roads) kurang lebih panjang lintasan 25 km.

info lengkap di http://www.bobico-bobicobojonggedebikecommunity.blogspot.com

Kamis, 02 Juli 2009

Kesadaran

Assalaamu’alaikum wr. wb.
Pada kesempatan ini, saya coba menghadirkan sebuah artikel. maaf kalau kepanjangan isinya. insya Alloh hal ini bisa bermanfaat.

Selamat menikmati.

Punya Hati Tapi Tak Merasa

P
unya mata tapi tak dipakai untuk melihat. Punya telinga tapi tak mau mendengar. Punya lidah tapi tak berani bicara. Mata, telinga, lidah, dan semua organ tubuh kita memang penting, tapi tak sepenting ‘segumpal daging’ yang jika ia baik, maka semuanya baik, dan jika ia buruk, maka semuanya pun jadi buruk. Itulah hati.

Mata yang baik dipadu dengan hati yang buruk bisa menjadi mangsa pornografi. Telinga yang sehat dengan hati yang jahat adalah modal awal bagi tukang gosip. Lidah yang lancar berbicara namun hatinya keji, waduh entah kerusakan macam apa yang bisa ditimbulkannya!

Hati adalah penentu kualitas diri kita. Orang yang tekun mempelajari agama Islam tak mungkin tidak menyadari pentingnya hati. Begitu seriusnya para ulama mempelajari hati, sehingga muncul istilah ‘menjaga hati’, bahkan ‘penyakit-penyakit hati’ pun dirinci secara mendalam.

Sungguh mengherankan jika kini ada yang bicara tentang dakwah tapi mengabaikan hati. Tidak jauh dari ingatan bagaimana Aa Gym mengingatkan semua orang bahwa manusia takkan bisa menyentuh hati kalau bukan dengan hati juga. Namun Aa Gym yang selalu menggunakan kelembutan hatinya pun ditinggalkan oleh banyak orang hanya karena fitnah. Maka dakwah serapuh apakah yang hendak diciptakan oleh orang-orang yang mengabaikan hati?


Tidaklah mungkin menyeru hati tanpa menggunakan hati. Tidak logis berdakwah tanpa mengindahkan perasaan orang lain. Alih-alih membantu orang mendapatkan hidayah, yang sering terjadi justru menimbulkan fitnah terhadap dakwah. Punya hati tapi tak merasa. Inikah dakwah?

Agar Hati tak Berkarat
Senjata yang jarang digunakan akan lebih mudah berkarat. Analogi ‘senjata’ sangat tepat digunakan untuk hati, karena ‘segumpal daging’ inilah yang menentukan baik-buruknya segala amunisi persenjataan yang kita miliki. Semakin tak pernah digunakan, semakin berkarat hati manusia.

Kalau sedang menganalisa situasi sosial, kita dapat dengan mudah sampai pada kesimpulan bahwa manusia pada dasarnya memiliki fitrah yang sama, namun jalan hidupnya berbeda-beda. Keluarganya beda, lingkungannya beda, sekolahnya beda, teman-teman sepergaulannya beda, dan seterusnya, hingga terbentuklah karakter yang berbeda-beda pula.


Kalau kita duduk tenang, saat kepala dan hati sedang dingin, ketika hidup sedang dalam keadaan nyaman, mudah saja memahami hal semacam itu. Tapi nampaknya memang tidak mudah untuk terus berkepala dingin dan berpikiran panjang. Dalam kondisi normal sehari-harinya, kita malah lebih mudah menghakimi orang tanpa mau memahami masalahnya. Kalau berempati, itu sudah lebih bagus, namun sayang tak membantu sama sekali.

Asahlah ketajaman perasaan dengan berhenti mengabaikannya. Jika merasa iba melihat seorang pengemis yang renta, maka ketahuilah bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mendoakannya tidak sampai sepuluh detik. Mendoakan anak yang menangis di pinggir jalan tak perlu waktu lebih dari sepuluh detik juga. Demikian pula mendoakan pedagang kaki lima yang nampak lesu karena dagangannya tak laku, juga tak perlu waktu lebih dari sepuluh detik. Doakanlah dengan yang sederhana-sederhana saja. Umat ini telah salah jalur, dan tak ada yang tak butuh doa dari saudaranya. Maka berikanlah! Pasti Allah mengabulkan!

“Ya Allah, ringankanlah beban mereka.” (3 detik)
“Ya Allah, cukupkanlah kebutuhan mereka.” (4 detik)
“Ya Allah, bahagiakanlah hati mereka.” (3 detik)

Begitu banyak orang yang menunggu-nunggu agar seseorang menyentuh hatinya. Akan tetapi, berapa banyakkah orang yang cukup lembut, sehingga bisa merasakan kebutuhan-kebutuhan mereka?

Maukah menyelamatkan hati ?

wassalaamu’alaikum wr. wb.