Senin, 22 September 2008

Renungan Ramadhan

Bocah itu menjadi pembicaraan di kampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung Sudah tiga hari ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda semua orang baik anak-anak sebayanya sampai orang tua. Sungguh menyebalkan. Bagaimana tidak ditengah teriknya matahari siang bolong dan disaat orang-orang sedang menjalankan ibadah puasa ramadhan dengan asyiknya dia memegang roti isi daging hangat ditangan kanan, sementara tangan kiri memegang segelas es kelapa lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang mulai meleleh. Es kelapa dan roti isi daging hangat dengan aroma yang menebar kemana-mana tentu saja amat menggoda orang yang melihatnya. Apalagi pemandangan semakin bertambah tidak biasa karena kebetulan selama tiga hari sejak bocah itu mondar-mandir keliling kampung, matahari sedang sangat terik tidak seperti biasanya.

Andi -pemuda alim asal kampung Ketapang- mendapat laporan dari orang-orang kampung mengenai tingkah bocah itu. Beberapa pemuda yang lainnya tidak ada yang berani melarang dan menegur bocah kecil yang setiap bertemu orang selalu memprovokasi dengan meminum dam memakan roti isi daging dengan nikmat. Pernah ada orang yang melarang namun dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiapkali dilarang, bocah itu akan mendengus dan membelalakan matanya laksana kilat menyala.

Andi memutuskan menunggu kehadiran bocah itu. Akhir-akhir ini, kata orang kampung setiap ba’da zuhur, secara misterius bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh sama dengan jhari-hari kemarin dan juga dengan es kelapa dan roti isi daging hangatnya. Tidak lama andi menunggu, bocah kecil itupun datang. Benar saja, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa dan sambil mengunyah potongan roti isi daging. Jelas, tingkahnya membuat orang menelan ludah, tanda ingin meminum es kelapa juga. Lalu, andipun mencoba menegurnya. Bukannya malah takut tetapi malah mendelik dan memelototi matanya ke arah andi.

”Bismillah,” ucap Andi sembari menguatkan hatinya. Ia berpikir, kalau bocah itu jadi-jadian atau beneran, akan dicari keterangan apa maksud tindakan semua itu dan siapa dari mana bocah itu berasal. Lalu, dicengkramnya kuat-kuat lengan bocah itu. Mendengar ucapan basmalah, mendadak bocah itu menuruti cengkraman tangan andi dan membimbingnya untuk dibawa ke rumah. Dan sesampainya didalam rumah terjadi dialog.

”Ada apa dengan tuan mengajak saya ke dalam rumah,” tanya bocah itu dengan keheranan. ”Kenapa kamu selalu mondar-mandir meminum es kelapa dan makan roti, padahal bukankah ini bulan puasa ramadhan. ,”tanya Andi.
”Ada apa tuan melarang saya minum dan makan, bukankah ini kepunyaan saya,”jawab bocah itu dengan ketusnya sambil tetap menatap dalam-dalam ke arah Andi.
”Ya, mestinya kamu juga ikut puasa, tidak menggoda orang dengan tingkahmu itu,” ujar Andi.
”Itukan yang kalian lakukan semua kepada kami, bukankah kalian yang lebih sering mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan selama sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian lebih sering melupakan kami yang kelaparan dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya? Bukankah kalian hidup dirumah mewah sementara kami tinggal di gubuk-gubuk reot? Bukankah kalian selalu berobat ke dokter yang mahal meskipun sakit ringan yang diderita sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga ajal menjemput? Bukankah bulan puasa cuma pergeseran waktu bagi kalian untuk menahan haus dan lapar saja, ketika azan magrib datang kalian kembali pada kerakusan?, ”jawab bocah itu dengan suara lantang.

Tiba-tiba, dengan suara pelan dan mengiba bocah itu berkata,”Ketahuilah tuan, kami ini berpuasa tanpa akhir, kami selalu berpuasa meski bukan bulan puasa, lantaran kami tidak punya makanan yang bisa dimakan. Sementara tuan hanya berpuasa pada siang hari dari imsak sampai magrib. Dan ketahuilah, justru tuan dan orang-orang sekelilinglah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian luar biasa bagus dan banyak, lalu kalian sebut sebagai menyambut ramadhan dan Idul Fitri?. Bukankah kalian juga selalu berlebihan mempersiapkan makanan yang luar biasa banyak macamnya, segala rupa ada dan terhidang di meja makan demi menyambut Ramadhan dan Idul Fitri?. Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa menggoda kami disaat kami menangis, bahkan disaat Ramadhanpun hanya ada kepedulian yang alakadarnya?.Sadarkah kalian, banyak tindakan kesewenang-wenangan dalam berniaga/mencari rezeki yang kalian lakukan kepada kami, kaum lemah? Sadarkan bahwa harta itu tidak abadi dan kenapa kalian masih mendekap harta secara berlebihan? Tahukan, azab Tuhan amat pedih yang akan menimpa kalian?. Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi, jangan merasa perut akan tetap kenyang karena masih menyimpan makanan untuk setahun dan jangan pernah merasa matahari tidak akan menyatu dengan bumi kelak?

Fuihhh....entah apa yang ada dibenak dan hati Andi. Kalimat demi kalimat meluncur tanpa henti dari mulut bocah itu tanpa bisa dihentikan. Setelah menyerocos, bocah itupun pergi begitu saja meninggalkan Andi yang terbengong-bengong. Bagai ditelan bumi bocah itupun menghilang. Begitu sadar, Andi mengejar ke luar rumah hingga ke tepi jalan raya. Ia melihat sekeliling ke semua sudut rumah namun tidak menemukan bocah itu. Ditengah napas yang memburu, ia menanyai ke semua orang tentang kemana gerangan bocah itu pergi tetapi semuanya menggeleng tidak tahu. Bahkan, beberapa pemuda kampung Ketapang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun tidak mengetahui kemana bocah itu pergi. Benar-benar misterius !!! dan sekarang malah menghilang. Tahukan anda siapa bocah itu ??????.......(sumber: buku motivasi di bukupengusaha.com)

Salam,
-Delta 6-

3 komentar:

Anonim mengatakan...

kirain "Andi" sebelah :)

kalau si bocah siapa ya? Ada yang tahu?

Anonim mengatakan...

hehehe..masih pada sensi yak sama om andi itu. duh kasihan bener nasib si om

Anonim mengatakan...

Hm.. kisahnya sudah pernah baca, via kiriman teman. minggu lalu.