Kamis, 18 September 2008

Bisnis Islami dan Ibadah

Dalam Islam, bisnis harus dilaksanakan dengan etika yang benar dan ditujukan lurus hanya untuk beribadah dan mengabdi kepada Allah SWT. Ibadah hendaknya tidak hanya dilaksanakan sebatas ritual (mahdhah) saja, namun juga bisa dalam kegiatan ekonomi. Bisnis dalam perspektif islam tidak hanya dilandasi niat sebagai peningkatan ekonomi diri, keluarga dan perusahaan, tetapi wajib diniatkan untuk mengembangkan ekonomi umat, mensejahterakan kaum muslim dan nantinya bermuara pada pencapaian ridha Allah SWT. Pada tatanan inilah yang menjadi kata kunci dalam bisnis yaitu mengharapkan ridha Allah SWT. Jika ridha Allah SWT tidak diperhatikan dan tidak menjadi tujuan hidup maka hawa nafsu dan memperkaya diri akan selalu menyelimuti alam pikiran manusia. Membangun bisnis yang hanya terfokus untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, memperbesar modal dengan jalan memutar/mengelola keuntungan melalui beberapa instrument investasi dan seterusnya akan menjebak dalam perangkap konsep bisnis kapitalisme. Bisnis seperti itu terlepas dari nilai-nilai agama, nilai-nilai ruhiyah dan akan lupa kepada Allah SWT. Apalah artinya bisnis sukses di dunia kalau diakhirat kelak sengsara dan menderita.

Berbisnis Islami juga harus menggunakan prinsip, cara-cara dan praktik yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Baik selama proses itu berlangsung maupun hasil akhir dari bisnis itu. Tidaklah pula kita melakukan jualbeli dengan konsumen secara samar-samar, menghalalkan segala cara, melakukan penipuan, mengingkari kewajiban-kewajiban yang telah disampaikan kepada konsumen. Sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera membayar hutangnya/kewajibannya” (H.R. Hakim). Inti bisnis dalam Islam adalah adanya ijab qabul yang jelas dan tidak merugikan satu pihak, jujur, adanya kerelaan, kejelasan.

Berbeda dengan sistem kapitalisme yang pada hakikatnya berusaha mengembangkan modal dan menciptakan kemakmuran ekonomi perusahaannya sendiri. Dalam islam, hakikat berbisnis adalah beribadah hanya kepada Allah SWT melalui aktivitas ekonomi, juga diwajibkan segala gerak kehidupan selalu diarahkan dalam rangka ibadah dan penyembahan kepada Allah SWT semata. Sebagaimana firman Allah SWT, ” Tidaklah semata-mata aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. Oleh karena itu bisnispun dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.

Kita tidak akan terjebak dalam kerakusan dunia (harta, materi, kekayaan) jikalau tidak melupakan tujuan akhir dari aktivitas ekonomi. Orientasi akhirat itu harus selalu ditekankan bahwa bahwa segala urusan didunia akan ditanya dan dipertanggungjawabkan dihadapan Rabbul ’Alamin. Seringkali terjadi kecurangan, kerakusan, penipuan, kejahatan dalam bisnis terjadi karena para pelakunya melupakan adanya alam akhirat, mereka seolah-olah lupa bahwa dibalik kegiatan bisnis yang dilakukan tidak akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Dalam pikiran mereka yang ada adalah bagaimana mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memenuhi kewajiban yang telah dijanjikan sehingga lupa akan kematian yang akan senantiasa menjemputnya.
Salam,
-Delta 6-

11 komentar:

Asmara21 mengatakan...

Emang tuhh..Surat Al-Munafikun sudah sangat jelas menerangkan balasan bagi orang2 munafik....

Anonim mengatakan...

Siapa ya yg termasuk org2 munafikun ???? hehehehehehe....
Ah, bisa aja asmara twenti wan....

Pujo Priyambodo mengatakan...

Berbisnis hanya dengan berharap ridha Alloh dan menggapai Rahmatnya, Insya Alloh berkah. Tentunya jika para pebisnis Muslim jika membangun fasilitas-fasilitas pendukung untuk kemaslahatan ummat, tentunya Alloh akan menambahkan Rizki dari pintu yang tak diduga-duga... wallahualam

Anonim mengatakan...

kalau dari pintu perumahan warga GIK gimana pak hakim ???.....heheheehee

Anonim mengatakan...

Seorang penganut paham kapitalisme beranggapan bahwa bisnis adalah sebuah pertempuran, terjun ke dunia bisnis berarti siap untuk bertempur habis-habisan dengan sasaran akhir meraih keuntungan sebesar-besarnya secara konstan,Pertanyaan selanjutnya,apakah tujuan yang dipertaruhkan dalam bisnis itu bertentangan dengan etika? atau sebaliknya, apakah etika bertentangan dengan tujuan bisnis mencari keuntungan?
Perilaku Rasullullah SAW, yang Jujur, Transparan dan
Pemurah dalam melakukan praktik bisnis merupakan kunci keberhasilannya mengelola bisnis Khodijah Ra, merupakan contoh kongkrit tentang moral dan etika dalam berbisnis... hayooo mau ikut ato... tersikut...

Anonim mengatakan...

selangkah lagi juga pengembang GIK kesikut n terpuruk kang anommmm...

Anonim mengatakan...

hehehe..banyak amat ya kang anom-nya. asyik ya kalo nyebtin nama/inisial...

Anonim mengatakan...

iya neh... udah komen panjang-panjang, keluarnya anonim, diajarinya gitu seh, pake anonim, jadi gak ada deh IDnya... ya udah tebak ajalah

griya insani kukusan mengatakan...

Ya udah, sekarang waktunya pelajaran selanjutnya:
klo mo dikasih nama tinggal pilih Nama/Url (diatas Anonim), klo ngk punya web/blog bisa dikosongin. tapi nama harus diisi. silakan mencoba...
kalau belum bisa silakan hub admin blog ini. atau kalau setuju di GIK diadakan short course internet, sabtu atau minggu besok. Toh banyak yang ahli internet/ IT. kumaha?

Anonim mengatakan...

Pak Moderator, barang kali saya bisa nitip proposal mushola di blog ini? saya email kesiapa

griya insani kukusan mengatakan...

silakan kirim email ke griyainsanikukusan@gmail.com