Rabu, 17 September 2008

Mushala/Masjid: Identitas Khusus Perumahan Muslim


Maraknya geliat bisnis disektor properti mau tidak mau memaksa sejumlah pengembang memeras otak bagaimana agar bisnis propertinya cepat laku dipasar. Salah satu strategi untuk mensiasati ketatnya persaingan tersebut adalah membangun hunian dengan simbol agama yaitu islam. Maklum, bisnis properti dengan simbol hunian muslim sangatlah sempit pasarnya.

Nyatanya, konsep hunian muslim tumbuh dan berkembang pesat dan sepintas bisa dikatakan sebagai tren baru khususnya sektor real estate. Sebenarnya fenomena tersebut sudah ada sejak 1995. Salah satu pelopornya antara lain Griya Islami (kini Griya Citra Permai) dan Villa Ilhami di Tangerang serta Telaga Sakinah di Bekasi. Selanjutnya muncul Bukit Sakinah, Perumahan Muslim Ar-Royan, Perumahan Permata Darussalam di Depok dan banyak lagi pengembang yang memunculkan konsep hunian islami.

Sayangnya, dari sekian banyak hunian islami, terhitung sedikit pengembang yang mempunyai blue print apa itu sejatinya hunian islami. Selebihnya tidak punya konsep yang jelas dan menjadikan Islam sebagai label belaka. Misalnya, salah satu konsep/blue print adanya mushala/masjid adalah ciri khusus sejatinya perumahan kaum muslim yang tidak dimiliki pada perumahana lain dan keberadaan mushala/masjid tersebut bukanlah trik bisnis (gimmick) semata.

Diluar persoalan desain rumah, ketiadaan mushala/masjid akan menjadikan tidak adanya perbedaan antara perumahan muslim dengan perumahan pada umumnya. Adanya mushala/masjid menjadi tanggungjawab dan kewajiban penuh pengembang perumahan selain mampu memunculkan ciri khusus perumahan muslim dan juga bagian dari fasilitas sosial (fasos) yang harus ada sebagaimana dipersyaratkan dalam SIPPT (Surat Izin Penunjukan Peruntukan Tanah) yang diterbitkan oleh Dinas Tata Kota Pemda Setempat.

Mushala/masjid juga mampu dijadikan sebagai sarana/tempat memunculkan suasana kerukunan warga penghuninya sehingga menimbulkan interaksi yang hangat antar penghuni. Ketiadaan mushala/masjid bisa berakibat menimbulkan pengkotak-kotakan antar penghuni seandainya hunian tersebut dibangun menjadi beberapa cluster/blok rumah.
Salam,
-Delta 6-

5 komentar:

Anonim mengatakan...

pertama pemasaran SUNGGUH MENGGODA
ketika pembayaran akad kridit SUNGGUH MULAI MENYEKIK.
ketika mulai membangun SUNGGUH TERBENGKALAI
ketika mulai ditempati SUNGGUH KEBOCORAN
ketika mau buka puasa bersama SUNGGUH DIJALANAN
ketika Anak-anak ingin bermain SUNGGUH TIDAK ADA TEMPAT BERMAIN
Ketika pengembang bangkrut sungguh akan kita AMIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIN.........NI.

Anonim mengatakan...

Kalo saya perhatikan, justru pengembang Non Muslim yang lebih tau etika berbisnis yang islami, mereka memiliki amanah yg tinggi, komit terhadap apa yang dijanjikan, selalu mengayomi konsumen karena bagi mereka pengembang tidak ada artinya tanpa kehadiran konsumennya. Sampai kapanpun kita akan terus Salut sama mereka selama saudara kita pengembang muslim, masih tidak pernah menampakan sikap profesionalnya dalam berbisnis, masih harus mengurusi penggantian staff yang setiap saat keluar masuk, masih terus menganalisa kenapa Tukangnya pada kabur sementara kerjaannya belum selesai, masih tidak sadar pentingnya Customer Relationship Management,masih tidak kepikiran pentingnya Vendor Relationship Management, masih harus mengembangkan bisnis yg sama ditempat lain dengan segenap permasalahan, masih..., Ayo Bangkit Pengusaha Muslim... Harapan itu Masih Ada...

Anonim mengatakan...

Dalam berusaha atau berniaga banyak faktor yang menjadi pertimbangan, ketika kesepadanan harga dengan barang yang ditransaksikan. jika hal ini menjadikan titik berat dalam etika berusaha mungkin saja pihak pengembang tidak memikirkan keuntunnya saja.... sementara nama baik dan kualitas dinomer sekiankan...

Anonim mengatakan...

sudah terbuktikan bahwa perumahan griya insani kukusan ini hanya mengusung sebuah slogan yang amat menarik bagi kita yaitu perumahan muslim...terbuktikan????

Unknown mengatakan...

Wah musholla nya kayaknya dapat bantuan dari timteng yaa...
salam kenal