Jumat, 22 Mei 2009

Mang Ino

Mang Ino, demikian warga dan kawan-kawan tempat saya indekos beberapa tahun lalu biasa memanggil Soekirno, seorang laki-laki usia 57 tahun yang berprofesi sebagai tukang bangunan. Bukanlah usia yang muda untuk ukuran seorang tukang bangunan karena seringkali dibutuhkan kecekatan dan kekuatan untuk melakukan pekerjaan membangun rumah ataupun bangunan. Satu waktu pernah saya lihat dia bekerja melakukan renovasi rumah tua yang notabene sudah tidak memungkinkan lagi dilakukan pekerjaan itu, mengingat struktur bangunan tersebut sudah rapuh dimakan usia dan tinggi rumah diatas ukuran rumah sekarang pada umumnya. Namun, pemilik rumah tua itu tetap ngotot untuk dilakukan renovasi dengan alasan rumah tersebut adalah rumah warisan dan sesuai wasiat orang tuanya agar tidak dirobohkan. Dengan sepenuh hati pekerjaan renovasi selesai dalam jangka tidak terlalu lama meski tingkat kesulitan diatas rata-rata dan seringkali untuk mendapatkan material pengganti cukup sulit di pasaran. Mang ino, tetaplah seorang tukang tua yang mau melakukan pekerjaan apapun dengan hati yang lapang tanpa mengeluh.
Cerita itu menuntun pikiran saya saat semalam untuk pertamakalinya masuk dan melihat Masjid Al Insaan yang telah selesai dibangun dalam waktu relatip cepat. Bagus dan rapi saya perhatikan pada tiap detil sisi pekerjaan yang telah diselesaikan dan sejenak saya amati kualitas bahan yang dipergunakan pembangunan masjid, tidaklah jauh berbeda dengan kualitas bahan bangunan yang digunakan dalam pembangunan perumahan Griya Insani Kukusan. Kesan yang saya peroleh, pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati dan besarnya tanggungjawab layaknya Mang Ino nyata-nyata membuahkan hasil yang memuaskan, bukan karena bagus–tidaknya kualitas bahan material dan pekerjaan itu tidaklah mendatangkan keuntungan materi yang melimpah.
Hmm, nafas saya tercekat melihat rumah-rumah dan lingkungan Griya Insani Kukusan (GIK) yang ada, sungguh bagai dua kutub yang berseberangan, GIK dibangun dengan tertatih-tatih, tinggal glanggang colong playu. Sesungguhnya pekerjaan ringan atau berat kala dilakukan dengan sepenuh hati dan diiringi tanggungjawab yang baik akan menghasilkan sesuatu yang elok, sedap dipandang mata, tentram dihati. Wallahualam …..

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah....sekarang rumah Alloh telah berdiri dengan megahnya, mari sekarang kita buka lembaran baru...ramaikan mushola, jauhkan segala prasangka, jalan bersama-sama menuju surga. Amin.

(buat pengembang/p andi/ p yon : tetep..jalan tolong segera dirapiin, janji akan terbawa sampai mati..)

ketua FSW-GIK mengatakan...

yoi..itu sudah kewajiban kita ..kewajiban pengembang biar mereka yg tanggung sendiri..kita sudah cukup mengingatkan!!!

Anonim mengatakan...

--'Moderator Baru'--

Alhamdulillah impian musholla sudah terwujud, mari bersama bersemangat bersujud, mensyukuri yang sudah diberi, dengan meramaikan aktivitas kita di rumah Allah yang penuh dengan keberkahan Illahi.

Siapa ya yang mau nyumbang speeker, kipas angin, mimbar, karpet dan bedug. perlu ga kita buat jadwal bergilir imam subuh dan Isya ?

Moderator Baruuuuu

Anonim mengatakan...

Kalo kriteria imam sholat khan sudah ada haditsnya. Kita ikutin saja itu. Nah kalo yang memenuhi kriteria banyak dan beda dikit boleh aja kita bikin giliran. Tapi klo beda jauh ya nggak usah giliran. Jadi nggak harus marbot juga yg jadi imam, klo emang warga kita ada yg lebih layak jadi imam ya warga kita saja imamnya, marbotnya buat ban serep.