Jumat, 31 Oktober 2008

Tingkatan Sabar Bagi Kaum Sufi


Al-Syibli, seorang sufi, ditanya oleh seorang pemuda mengenai sabar. ''Sabar macam apa yang paling sulit?'' tanya pemuda itu. ''Sabar demi Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' tolak si pemuda. ''Sabar dalam Allah,'' jawab Al-Syibli. ''Bukan,'' katanya. ''Sabar dengan Allah,'' ucapnya. ''Bukan,'' bantahnya. ''Terkutuklah kamu, sabar macam apa itu?'' kata Al-Syibli jengkel. ''Sabar dari Allah,'' jawab pemuda itu. Al-Syibli menangis, lalu pingsan.Dialog ini menjelaskan kepada kita mengenai tingkatan sabar bagi kaum sufi. Sabar dari Allah (ash-shabr 'an Allah) paling sulit ditempuh dari tingkatan sabar lainnya. Untuk mencapai maqam ini, Ali bin Abi Thalib selalu berdoa, ''Ya, Tuhanku, Junjunganku, Pelindungku! Sekiranya aku bersabar menanggung siksa-Mu, bagaimana aku mampu bersabar berpisah dari-Mu?!''Dalam literatur tasawuf, sabar (sabr) salah satu maqam, selain zuhd, ma'rifah, mahabbah, tawbah, wara,' faqr, tawakkal, dan ridha. Menurut Nashiruddin Al-Thusi dalam Manazil Al-Sa'irin, ''Sabar membuat batin tidak sedih, lidah tidak mengeluh, dan anggota badan tidak melakukan gerakan-gerakan.''Sedang bagi orang awam seperti kita, ada tiga tingkatan sabar seperti dijelaskan Nabi Muhammad SAW dalam Al-Kafi. Ali bin Abi Thalib berkata, ''Rasulullah bersabda, 'Ada tiga macam sabar: sabar ketika menderita, sabar dalam ketaatan, dan sabar untuk tidak membuat maksiat.Orang yang menanggung derita dengan sabar dan senang hati, maka Allah menuliskan baginya tiga ratus derajat (yang tinggi), ketinggian satu derajat atas derajat lainnya seperti jarak antara bumi dan langit. Dan orang yang sabar dalam ketaatan, maka Allah menuliskan baginya enam ratus derajat (yang tinggi), ketinggian satu derajat atas derajat lainnya seperti derajat antara dalamnya bumi dan 'Arsya. Dan orang yang sabar untuk tidak berbuat maksiat, maka Allah menuliskan baginya sembilan ratus derajat (yang tinggi), ketinggian satu derajat atas derajat lainnya seperti jarak antara dalamnya bumi dan batas-batas terjauh 'Arsy.''Sabar ketika menderita berarti kita tabah menghadapi musibah dan bencana yang ditimpakan oleh Allah (Q.S. 2:155-57), sebagai ujian untuk menyadarkan kita. Sabar dalam ketaatan berarti kita menahan kesusahan dalam menjalankan ibadah. Contoh konkret, para calhaj harus bersabar ketika pemberangkatannya tertunda. Sabar dalam musibah adalah sumber ridha atau puas menerima takdir Allah. Sabar dalam ketaatan merupakan sumber keakraban dengan Allah. Dan, sabar tidak berbuat dosa adalah sumber ketakwaan diri kepada Allah.
Wallahualam

Kamis, 30 Oktober 2008

Mari Kita Hitung Margin Pengembang...

Kenapa susah-susah menghitung margin yang seharusnya bukan urusan kita? Toh itu juga hak mereka untuk mencari margin dalam menjalani sebuah bisnis. Namun dari perhitungan kasar margin mereka, kita dapat menilai seberapa pantas mereka menggelontorkan sebagian margin mereka untuk membangun Mushola yang telah dijanjikan (namun menurut pengakuan terakhir, mereka tidak menjanjikan, wallahualam, hanya mereka dan Alloh yang tahu kebenarannya). Dan juga biar GIK tidak melulu dibandingkan dengan "real estate - real estate" yang mempunyai fasilitas Fasum dan Fasos yang bagus, hanya dikarenakan harga jual yang mereka klaim murah. Sehingga mengorbankan berimplikasi pada pembangunan, baik itu rumah maupun fasum dan fasos. Contohnya, pembangunan pagar yang hanya menggunakan BRC yang ketika kita tanya, kenapa tidak dibikin pagar seperti (paling tidak mendekati) Permata Darussalam biar kelihatan lebih pantas sebagai pagar perumahan daripada pagar SD inpres. Tapi jawaban yang keluar "margin kami kecil, karena harga murah, jangan dibandingkan dengan Permata Darusalam yang tipe sekian-sekian harganya sekian. Ya jauh harganya kalau dibanding harga pagar permata...". Sebenarnya jawaban tersebut menurut saya pribadi agak menyinggung, dan sebenarnya kami hanya menginginkan kepantasan saja bukan dibanding-bandingkan, meskipun harga rumah di GIK memang lebih murah, tapi dari segi kualitas kalah jauh dan terkesan malah mahal untuk kualitas yang kita terima. Belum lagi dari lokasi Permata Darussalam memang dipinggir jalan besar, ya maklum kalau harga lebih mahal. Dan lagi, dari perhitungan margin ini dapat diperkirakan siapa yang mendapat margin lebih besar. pengembang GIK atau real estate Permata Darussalam?

Mari kita hitung:
Pada dasarnya pengembang memperoleh 2 margin, yaitu margin dari penjulan tanah dan margin dari pembangunan rumah. Untuk yang kedua (margin pembangunan rumah) anggaplah impas, meskipun saya perkirakan mereka dapat untung juga dari pembangunan ini. Kita hitung margin dari penjualan tanah (secara kasar):
Mereka beli dari warga (dapat informasi dari warga sekitar) per meter persegi Rp 350.000,- saya bulatkan ke atas menjadi Rp 400.000,- dan dijual kembali Rp 1.300.000,- dan anggap untuk fasum fasos 30% tanah yang ada
Pemasukan:
- Hasil penjualan dari 46 unit tanah rata-rata 72 m2 = 46 x 72 x 1300000
= 4 305 600 000 (4,3 M)

Pengeluaran:
- Pembelian tanah 46 unit tanah rata-rata 72 m2 ditambah 30%(fasum,fasos)
= ((46 x 72)x 130%) x 400000 = 1 722 240 000 (1, 7 M)
- Perijinan, pajak, dsb = 500 000 000 (0,5 M)
- Pembuatan jalan, pagar, penerangan (fasum, fasos yang sekarang sudah ada) dsb
= 500 000 000 (0,5 M)
- Lain-lain 300 000 000 (0,3 M)

Margin= 4,3 - (1,7 + 0,5 + 0,5 + 0,3) = 1,3 M

Perhitungan diatas adalah perhitungan kasar, pada kenyataannya menurut saya tidak begitu jauh dari perhitungan diatas (kalau ada koreksi, dipersilakan). Jadi dengan margin skitaran 1,3 M, kira-kira berapa yang akan digelontorkan unutuk pembangunan Musholla? Dan berapa pantasnya? Anda semua dapat menghitungnya. Walahualam...

Rabu, 29 Oktober 2008

28 Oktober, Hari Sumpah Pemuda

Sewaktu kecil, tentunya ingatan kita akan tanggal 28 Oktober 1928 adalah hari lahirnya Sumpah Pemuda. Saat itu bersama-sama pemuda dari Jong Java, Jong Islamten Bond, Jong Sumatera, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Betawi dan lain sebagainya bersepakat untuk mengadakan kongres dan dihari menjelang malam mengikrarkan diri, berjanji dan bersumpah bahwa:

Kami poetra dan poetri Indonesia mangakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Dan peristiwa 80 tahun silam teks tersebut diyakini oleh generasi penerus bangsa sebagai dasar peletakan dan simbol persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia. Dari sumpah tersebut pemuda-pemudi Indonesia menyatukan tekad kuat dalam satu ikatan untuk melawan penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan penjajah. Sejak itulah kesadaran bangsa Indonesia mulai tumbuh dan berkembang bahwa perjuangan dengan diiringi pengorbanan harus dilakukan dalam satu tujuan demi tercapainya kebebasan untuk menentukan nasib bangsa sendiri. Tahun 1950-an oleh pemerintah, secara resmi sumpah pemuda itu ditetapkan menjadi peristiwa nasional untuk diperingati.

Sumpah lain yang bisa kita temui antara lain adalah sumpah jabatan. Sumpah itu harus diucapkan oleh seseorang dihadapan tokoh agama dengan kitab suci agama yang diyakini sebagai landasan sumpahnya. Spirit dari sumpah jabatan tersebut adalah keharusan untuk menjalankan pekerjaan sebaik-baiknya selama menjabat. Sumpah itu tentunya suatu komitmen dan tanggung jawab yang harus dipenuhi baik terhadap pimpinan maupun Tuhan.

28 Oktober 2008 malam, bertepatan hari sumpah pemuda dan malam itu juga ada pertemuan antara warga GIK dengan manajemen GIK (Andi Amin, Yon Haryono) untuk membicarakan kelanjutan kewajiban-kewajiban manajemen GIK yang belum terselesaikan dalam pengembangan GIK dan hasilnya hanya pemaparan normatif saja tanpa ada solusi yang jelas. Haruskah warga GIK mengenang Hari Sumpah (Pemuda) atau melakukan Sumpah (Serapah) kepada manajemen GIK.....

BELUM ADA JUDUL

entah apalagi yg harus kita pertanyakan dengan pengembang kalau jawaban mereka hanya jawaban teknis semata..tapi apresiasi mereka d lapangan itu yg masih gamblang..kita hanya butuh pertanyaan kapan itu dilaksanakan?? kapan waktunya pengaspalan,penerangan jalan,dll..hanya sejengkal harapan alokasi dana mushola saja yg kita tunggu,itupun kita tidak tau besarannya berapa?40%,seharga rumah kita,atau asumsi marjin pengembang? Secara pribadi saya sangat tidak puas dengan pertemuan smalam tapi apa mau d kata!!

Jumat, 24 Oktober 2008

Acara Pertemuan Warga GIK

Berkenaan akan diselenggarakan pertemuan dengar pendapat dengan Manajemen GIK (Insya Allah diadakan pada hari Selasa, 28 Okt 2008 bertempat di kediaman Bpk Kamil A-18) dan kiranya sekalian untuk mempersiapkan/ pra acara dan membahas hal-hal lainnya (progres report, kondisi GIK dll) yang akan dibawa ke pertemuan tsb, maka

Pada hari: Sabtu, 25 Okt 2008

Waktu:ba'da isya (Jam 20.00 WIB)

Lokasi : Griya Insani Kukusan Blok D-6 (Faisal Amien)

Acara: Kongkow2 pembahasan permasalahan yg akan diajukan pertemuan dg Manajemen GIK

kepada Seluruh Warga GIK yang mempunyai waktu dan berkenan hadir agar datang ke lokasi tersebut.

Rabu, 22 Oktober 2008

Tolong bantu saya

Sekian lama tidak berjumpa dengan teman sekolah, tak dinyana saya ketemu didekat kantor. Setelah berkangen-kangenan dan sedikit berbasa basi, Tiba-tiba teman saya mengajukan permintaan bantuan untuk memilihkan satu jawaban atas 2 pertanyaan yang pada dasarnya saya juga agak bingung untuk memilihnya. Pertanyaanya adalah mengenai 2 (dua) orang yang berprofesi pengusaha namun dengan sifat dan karakter berbeda, yaitu
  1. Toni -pria, 50 th, pengusaha dibidang General Contractor termasuk developer perumahan, apartemen, gedung perkantoran termasuk sekolah-. Sifat dan perilakunya sebagai berikut: dia mengaku seorang ateis (tak beragama) tulen, pengaggum karya-karya Karl Max, Tolstoy, Pramudya Ananta Tur, Tan Malaka dan mengatakan kalau agama adalah membuat candu bagi dirinya sehingga merasa akan mengekang semua aktifitas selama ini, namun dibalik ke-ateisan dia, sikap dan berperilaku dia mencerminkan seperti seorang Islam (jujur, amanah, rendah hati, tidak sombong/arogan, tidak merasa selalu benar, lemah lembut) . Bahkan dari semua kliennya mengatakan bahwa berurusan dengan dia sangat mengasyikan, tidak pernah ingkar janji, jika ada kesalahan baik berasal dia maupun bukan selalu minta maaf, kalau salah dia katakan salah dan sebaliknya, apapun omongan dia selalu akan dipenuhi.
  2. Andik - pria, 48 th, pengusaha Real Estate-. Sifat dan karakternya sebagai berikut: beragama Islam, haji, pengaggum gerakan Ikhwanul Muslimin-Mesir, Fisically, berjambang lebat layaknya seorang sufi, selalu tersenyum dan mengucapkan salam kepada semua orang, konon kabarnya aktif disalah satu parpol yang termasuk secara fenomenal mengejutkan banyak orang. Sikap dan perilaku dia sangat jauh dari nilai-nilai keislaman yang dia ikuti, tidak amanah, arogan-selalu menang sendiri dan selalu benar, ingkar janji. Terdapat banyak informasi kalau berurusan dengan dia akan sangat repot, meminta untuk bertemu saja untuk urusan berbisnis susahnya bukan main ada saja alasan yang dibuat, kesepakatan perjanjian dengan konsumen sering tidak ditepati, dan menganggap jika uang sudah masuk segalanya sudah tidak bisa diutak-utik lagi. Banyak konsumen real estatenya mengeluh atas sikap dan perilakunya.

Mungkin diantara pembaca ada yang bisa bantu untuk memilihkan satu diantara dua pertanyaan tersebut dari sudut pandang seorang muslim jika dihadapkan pada kondisi seperti diatas, dan bisa disertakan alasan mengapa memilih jawaban tersebut. Terimakasih atas bantuannya

Rabu, 15 Oktober 2008

MOHON PERHATIAN

Mengingat, menimbang, dan menyikapi hal-hal yang sudah terjadi dan untuk antisipasi warga GIK agar tidak lengah, FSW-GIK mengimbau agar :
  • Melaporkan apabila ada oknum petugas atau orang yang menawarkan jasa atau orang yang mencurigakan kepada team security GIK
  • Mengunci kendaraan roda dua apabila berada di luar rumah
  • Mentaati jam buka tutup pintu sebagai berikut : Pintu gerbang tengah dibuka pada pukul 05.00 s/d pukul 10.00 WIB, di tutup kembali pada pukul 10.00 s/d pukul 16.00 WIB, pukul 16.00 s/d pukul 22.00 WIB di buka kembali, dan pukul 22.00 s/d pukul 05.00 WIB di tutup kembali.
  • Selama pintu gerbang tengah di tutup diberlakukan satu pintu masuk lewat pos security
  • Untuk penghuni blok D masing-masing disarankan membuat kunci duplikat.

Demikian himbauan ini agar diperhatikan.


Senin, 13 Oktober 2008

Kalau Bukan Kita Yang Peduli, Siapa Lagi.......

Tanpa terasa kita telah menjadi penghuni kompleks Perumahan Griya Insani Kukusan (GIK) dan sudah kurang lebih 1 (satu) tahun komplek GIK berdiri . Tentunya GIK yang kita tempati ingin menjadi tempat idaman bagi semua warga penghuni. Harapannya GIK bisa menjadikan tempat tinggal yang kondusif, aman, tentram, nyaman, dan tentunya lingkungan yang ada mampu memberikan energi positif bagi keluarga penghuninya sehingga mampu mendorong terciptanya keluarga sakinah ma waddah dan terbentuk masyarakat madani.

Tidak bisa kita pungkiri bahwa selama proses dan hasil pembangunan GIK menimbulkan berbagai kekurangan dan secara nyata berdampak kepada aktifitas keseharian warga penghuni. Tidak usahlah kita sebutkan satu persatu kekurangan tersebut, hingga akan menambah kekecewaan yang ada. Justru dengan kekurangan yang ada dapat memberikan semangat, motivasi dan numbuhkan kekompakan bagi warga penghuni.

Belum dibangunnya mushola/masjid oleh pengembang, munculnya genangan air jika hujan turun akibat tidak terencana dan pembangunan drainase yang kurang baik, lambannya pengerjaan infrastruktur jalan dalam kompleks dan lain-lain, hendaknya membuat kita sadar dan secara gotong-royong dengan dilandasi sikap kekeluargaan dapat mengatasi masalah tersebut. Bagi kita orang Indonesia kebiasaaan menunggu komando atau saling menunggu perintah untuk memulai pekerjaan sepatutnya dapat kita enyahkan dalam diri. Bukankah penghuni GIK tidak banyak? Bukankah seharusnya memudahkan kita untuk berkoordinasi dalam mengatur, membina kepedulian lingkungan.

Hakikat mushola/masjid, sebagaimana kita ketahui selain sebagai tempat beribadah (hablun minallah) juga sebagai sarana menjalin beragam kegiatan warga penghuni (hablum minannas). Misalnya, sebagai tempat pengajian, TPA, majlis dzikir, kajian tafsir/tahsin Al Quran, kegiatan selama Ramadhan/Idul Fitri dan kegiatan penunjang lainnya yaitu adanya perpustakaan masjid, koperasi masjid dan lain sebagainya. Keberadaan mushola/masjid bagi kehidupan keluarga kita (anak-anak, istri, suami) amat sangat berpengaruh dalam membina akhlaq, mental islami dalam menghadapi kesiapan diri yang akan datang baik didunia maupun diakhirat kelak. Kebutuhan ruhani keluarga kita selain dari diri sendiri juga bersumber dari aktif-tidaknya kegiatan mushola/masjid tersebut.
Drainase/saluran pembuangan air juga jangan luput dari perhatian kita, memasuki musim penghujan saat ini seyogyanya harus selalu bersih dari segala sampah yang menghalangi jalannya air sehingga tidak menimbulkan banjir dan mungkin dapat menjadi sarang nyamuk. Gerakan pembersihan drainase melalui kerja bakti yang rutin dilaksanakan mutlak diperlukan dan wajib segera dilakukan. Peristiwa langka seandainya terjadi banjir mengingat secara umum kontur bumi di depok termasuk dataran agak tinggi meski GIK berada di wilayah cekungan.

Tidakkah kita ingat akan firman Allah SWT, ”Bahwa Allah SWT tidak akan merubah kondisi suatu kaum selain usaha dari kaum itu sendiri”.

Kesadaran untuk lebih peduli kepada lingkungan sendiri, tempat kita hidup, membina keluarga sendiri, patut segera kita upayakan dengan baik. Kodrat manusia adalah makluk sosial, butuh pertolongan orang lain, perlu bantuan tetangga. Mampukah manusia hidup sendiri tanpa berinteraksi sesama manusia? Yuk, kita mulai sadar dan peduli kepada lingkungan GIK. Kalau bukan kita, siapa lagi.......


Salam,
-Delta 6-

Jumat, 10 Oktober 2008

TEA WALK

Malam itu kira-kira jam 8, dua hari menjelang Lebaran, anakku merengek minta dibelikan permen. Sudah beberapa hari itu selalu setiap malam merengek minta dibelikan entah itu susu cair kemasan, permen atau snack bahkan pernah disuatu malam hampir jam 10 malam dia menangis dengan sedikit memaksa minta dibelikan kembang api karena saat itu sedang bulan ramadhan dan banyak orang jualan aneka kembang api. Dengan bergegas aku nyalakan sepeda motor disertai anakku dalam boncengan mencari warung tempat jual permen.

“Wah, pada ngumpul nih,” sapaku kepada 2 orang penghuni dan seorang satpam depan pos satpam komplek rumah tempatku tinggal beberapa bulan ini

“Iya, biasa habis shalat tarawih lagi pengin ngobrol,” ujar salah satu bapak penghuni kompleks blok A. “Mau kemana malam-malam gini, “sambung bapak itu yang oleh warga diberikan amanah menjadi ketua forum warga kompleks.

“Biasa pak, anak rewel minta dibelikan permen,” jawab aku sejenak sambil menenangkan anakku yang terus merengek minta beli permen. “Mari, saya tinggal sebentar buat cari permen,”kataku mohon pamit untuk meneruskan mencari permen di warung depan jalan raya tak jauh dari kompleks rumah.

Segera aku mendapati sebuah warung kelontong yang menjual kembang gula keinginan anakku, setelah mengambil beberapa permen, aku bayar dan secepatnya pulang ke rumah karena udara mulai dingin menyergap kami berdua.

Saat melewati depan pos satpam kompleks masih terlihat beberapa orang penghuni sedang asyik ngobrol disertai kepulan asap rokok salah seorang penghuni yang memang punya hobi mendaki gunung. Klop-lah pendaki gunung dan rokok laksana toples ketemu sama tutupnya.

Tak berapa lama setelah pulang mencari permen, secepatnya aku langkahkan kakiku untuk bergabung ngobrol dengan bapak-bapak penghuni kompleks itu. ”Ah, biasanya banyak yang diobrolkan nih,”ujarku dalam hati. Seperti masalah pembangunan kompleks rumah yang tidak kunjung selesai terutama fasilitas umum dan fasilitas sosial dan paling krusial adalah pembangunan mushola/masjid yang biasanya harus ada sebelum rumah dibangun. Apalagi kompleks rumah mempunyai nama perumahan islam. Tentu hal tersebut bisa memunculkan stigma buruk yang diarahkan ke pengembang. Timbul rasa kekecewa yang amat dalam bagi warga penghuni komplek karena banyak hal yang ditidak sesuai dengan harapan selama ini, misalnya rumah banyak yang bocor, banyak dinding rumah retak rambut, garis bangunan tidak lurus-tidak simetris, harga dan kondisi bangunan yang tidak sepadan bila dibandingkan dengan perumahan lain yang sekelas, penyelesaian infrastruktur jalan yang tidak kunjung usai dan lain sebagainya. Rasanya sungguh membosankan untuk komplain terus ke pengembang. Terbesit dalam pikiran beberapa warga untuk membawa masalah ini ke jalur hukum. Tapi, akan lebih elok kalau diselesaikan secara musyawarah saja.

Sebenarnya blok tempat tinggal aku agak lumayan baik kondisinya dibanding blok lain. Namun, tetap saja kalau melihat sarana dan prasarana fasos-fasum yang tersedia tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Terkesan tidak ada perencanaan dan tidak ada pengawasan dengan baik selama pembangunan rumah, asal-asalan, serampangan. ”Mungkin terlalu muluk-muluk harapan itu tapi entahlah harapan orang per orang tentu lain, sangat relatif,” pikirku. Mendadak keajaiban itu timbul, warga harus berjalan berjingkat-jingkat untuk melakukan aktifitas sehari-hari karena masih banyaknya material berserakan. Seharusnya keadaan itu terbalik, selesaikan sarana dan prasarana komplek dahulu sebelum adanya aktifitas penuh warga. Toh rumah yang dikembangkan tidaklah berjumlah banyak.
”Dapat pak, permen yang dicari?,” kata bapak penghuni kompleks pengemar tanaman membuyarkan pikiran ini. ” Iya, dapat,” jawabku. Tidak lama berselang, obrolan antara 2 bapak penghuni itu dilanjutkan. Sayup-sayup aku dengar obrolan mengenai segala hal berkaitan dengan kemajuan penyelesaian dan pembangunan rumah komplek itu. ”Tepat, pikirku, selama ini obrolan antar sebagian warga tidak jauh masalah kelambanan pembangunan dengan segala tetek bengek permasalahannya, ” batinku. Kira-kira setengah jam kemudian datanglah 2 orang penghuni lainnya dari blok A dan C, lupa nomor rumahnya.

Ini kesekian kali obrolan langsung klik ke tema yang sama. Evaluasi perkembangan perumahan dan pembangunan mushola/masjid yang hanya disediakan lahan kosong. Mustinya mushola/masjid itu sudah bisa digunakan untuk shalat tarawih dan kegiatan lainnya saat ramadhan itu. Belum lama berselang saat ramadhan, warga secara sukarela dengan antusias mengadakan acara buka puasa dan shalat tarawih bersama bertempat dijalan masuk kompleks. Kompak dan erat jalinan warga dalam melaksanakan acara itu. Mungkin keadaan ini didorong oleh rasa diperlakukan tidak sebagaimana mestinya sesuai dengan janji pengembang saat rumah dipasarkan ke warga.

Tidak beberapa lama datang seorang bapak yang berperawakan agak gemuk, tinggi kira-kira 165 cm, berkulit agak gelap dan kabarnya berprofesi sebagai konsultan, entah konsultan apa. Dia langsung bergabung dan hanyut dalam obrolan yang malam itu cukup hangat dan banyak memberikan informasi bagaimana baiknya kalau mau menyelesaiakan kendala-kendala yang dihadapi warga penghuni kepada pengembang perumahan islam itu.

Jam menunjukan pukul 11 malam. Tiba-tiba semua dikagetkan dengan bunyi handphone sang bapak itu. ”Ya, tunggu sebentar, saya lekas pulang, ”sahut sang konsultan menjawab panggilan di HP itu. Tak berapa lama, bapak itu mohon diri untuk pulang.

”Oh ya, bagaimana kalau kita adakan wisata ke puncak,” kata bapak berperawakan sedang dan pengemar otak atik sepeda motor. ”Kita bisa sewa salah satu vila untuk acara itu dan menuju kesana bisa sewa bis,” sambungnya. ”Iya, tuh sekalian bersepeda ria, ”timpal yang lainnya. ”Ide yang bagus tuh, semacam Tea Walk, ajak semua keluarga, ”sahutku. ” Gimana kalau pas libur tahun baru,” kata Pak ketua forum warga. Selama ini warga kompleks cukup aktif mengadakan kegiatan dari acara arisan buat ibu-ibu sampai kerja bakti membersihkan selokan. Sebenarnya bikin acara macam Tea Walk atau Family Gathering bisa dilakukan agar kerukunan, keakraban, keguyupan warga makin bertambat erat dan tidak ada kesan sekat-sekat karena berlainan blok rumah. ”Cuma, kapan ya pelaksanaan acara itu bisa dilaksanakan,” pikirku. Ah, rasanya ide itu perlu segera disampaikan ke warga lainnya.


Taqaballahu Minna Wa Minkum..Mohon maaf lahir dan batin....


Salam,
-Delta 6-

P.S: tulisan ini buat ramein aja daripada sepi, tak ada niatan berkesan narsis.